Pak Gustave Iskandar Datang!

Ketika 18 September 2014.

Beruntung. Begitulah yang aku rasakan ketika mengalami peristiwa menyentuh sepagi tadi. Dan lebih lebih lebih merasa beruntung setelahnya. Menyadari semua yang aku punya saat ini, menyadari semua peristiwa yang telah aku alami, semuanya adalah wujud kasih sayang Tuhan yang tiada terkira.

Menjadi karyawan yang terbilang baru di Togamas, sebuah toko buku, adalah pengalaman berharga dan diingatkan oleh Pak Gustave and Friends bahwa betapa beruntungnya kami dalam kondisi apapun. Training bertemakan “Creative Thinking“ berjalan ramai, ceria, menyentuh, bengong, bahagia disertai tawa riang karna ulah pembicara hebat seperti Pak Gustave.

Dibuka dengan ice breaking yang kocak dan gubrak, sejumlah karyawan Togamas 3 cabang di Jogja dibuat lupa sejenak dengan segala masalah di otak. Fokus ke materi yang ringan tapi berarti, aku pun dibuat ingin menangis berkali-kali ketika ditayangkan video live perform yang menusuk.

Seorang pria hebat yang tidak punya kedua tangan tetapi tetap bersyukur dianugrahi kedua kaki yang sempurna. Memainkan tuts piano sebuah lagu “you’re beautiful” dengan kedua kakinya yang sempurna. Lalu di tengah lagu, ia pun menyanyi dengan suara merdu dan segenap jiwanya. Yang berasal dari hati akan sampai pula ke hati. Begitulah yang ia lakukan terhadap segenap penonton di studio sebuah televisi. Dan sebuah kalimat menusuk darinya adalah “Tiap lelaki harus bertanggungjawab atas cita-citanya”. Namun, bagiku, kalimat itu untuk kita semua, kaum wanita. Usaha yang kini sedang dilakukannya untuk cita-citanya sebagai composer hebat benar-benar menyinggung perasaanku. Mengoyak batin dan membuatku malu. Apalagi yang kurang dari diriku? Semua telah Tuhan berikan. Tinggal manusianya yang harus mengolah potensi sebagai wujud rasa syukur.

Hal lain yang melukai batinku adalah tayangan klip SMA Selamat Pagi Indonesia, sebuah sekolah gratis bermutu tinggi yang telah didirikan oleh Pak Gustave and friends di Kota Batu sana. Setelah menerima begitu banyak kesempatan belajar, mereka pun ingin merasakan nikmatnya berbagi dengan sesama. Mengumpulkan pundi-pundi untuk berbagi keceriaan dengan anak-anak panti asuhan.

Dan, aaaak. Intermezzo. Baru saja aku dapat kabar kalo besok minggu ada bedah buku Risa Sarasvati. Salah satu tokoh inspirasi saya. Meski bekerja di kantoran, ia tetap bisa manggung dengan lagu-lagunya yang horor, lalu berkarya pula dengan meluncurkan novel-novel horor. Greget sekali bukan?

Lanjut ke Pak Gustave nan unyu. Kisah beliau ini juga menginspirasi. Masa-masa kuliah ia sempatkan untuk bekerja mencari dana untuk menikah. Dari karirnya menjadi penjual vitamin ia beralih ke makelar jual beli rumah. Dan, pih! Hinaan kepadanya ia jadikan sebuah nasihat. Dan jurus ampuh untuk merespon hinaan adalah sangat wow. Begini: jari telunjuk di angkat ke atas, lalu turunkan seperti menggambar rambut ikal sambil berkata “Modyaro sisan!” Hahaha. Sadis. Jangan berkumpul dengan orang-orang negatif yang membuatmu down. Begitu katanya.

Acara ditutup dengan ilustrasi analogikal. Sebuah teh hitam kental dalam gelas tanpa tutup. Bagaimana caranya agar air teh yang hitam berubah menjadi jernih. Diminum lalu ganti air putih? Dibuang lalu ganti air putih? Tidak. Gelas berisi teh dianalogikan dengan diri kita yang berego tinggi, sombong, kolot, dll. Bagaimana acaranya agar teh berubah warna? Caranya adalah dengan…taraa!! Disiram terus menerus dengan air jernih. Maka teh kental tadi akan keluar terdesak dan tergantikan oleh air jernih. Nah, adegan kedua, bagaimana jika gelas berisi teh ternyata lengkap dengan tutup gelasnya? Disiram pake air segalon pun, air teh dalam gelas tidak akan pernah berubah. Jadi, buang saja tutupnya. Lalu lakukan seperti adegan pertama. Begitulah sekiranya mampu menjadi renungan bersama. Huhuhu.