cover darti

POV Diman

Kakiku yang terasa lumpuh kini mulai sedikit bisa digerakkan sejak sosoknya sempurna lenyap dari pandangan. Kuputar badan dan menghadap laut. Ada yang ingin kutanyakan padamu. Siapa perempuan itu? Kau pasti mengenalnya, bukan?

Aku merasa seperti pernah melihatnya. Tapi di mana? Kucoba mengingat beberapa potong kejadian lampau. Mungkin aku pernah melihatnya di sini. Atau mungkin aku pernah berpapasan di suatu tempat. Tapi rasanya tidak. Kuremas kepalaku yang masih rimbun dengan hutan rambut. Mencoba menemukan kepingan puzzle yang mungkin tercecer. Barangkali ada satu keping yang mewakili sosoknya.

“Pulang, yuk!” Suara Diman memecahkan lamunanku. Mengganggu kemesraanku berbincang dengan deru ombak.

Mataku mengerjap cepat mendengar kalimat pendek Mahmud. Yang berujar bahkan melenggang sebelum kuiyakan pintanya. Aku masih ingin di sini. Mungkin beberapa saat lagi. Mungkin sebentar lagi laut akan menjawab pertanyaanku. Atau menjelaskan hal lain kepadaku. Atau menceritakan sebuah misteri yang belum kuketahui sebelumnya. Atau …

Harus kucari tahu namanya.

Kuputar badan dan berlari kecil mengejar Mahmud.

6 pemikiran pada “Nama (Darti – Bagian 8)

Tinggalkan komentar